Teori studi sendiri terdiri berasal dari lebih dari satu jenis. Untuk lebih jelasnya review pembahasan berikut.
1. Teori Behavioristik
Teori behavioristik menyatakan bahwa studi mengubah tingkah laku.
Para ahli-ahli behavioristik menjelaskan bahwa proses studi berjalan bila tingkah laku siswa telah berubah.
Jika siswa belum merespon, maka tingkah laku siswa belum dikatakan belajar. Di dalam teori behavioristik, bila tingkah laku siswa belum berubah, akan berlaku proses hukuman.
Apabila siswa tidak bisa dan diajarkan lagi dan tidak bisa lagu maka akan berlak proses hukuman. Hukuman tersebut pun membuat siswa jera dan memotivasinya untuk studi lebih giat lagi saat kursus arab pare .
Contohnya, seorang anak disuruh oleh gurunya untuk menghafal perkalian dan maju keesokan harinya, tapi anak tersebut belum menghafalnya dan disuruh berdiri di depan kelas oleh gurunya.
Kelebihan berasal dari teori behavioristik adalah pendidik tak cuma memberi ceramah, tapi lewat instruksi singkat yang diikuti lebih dari satu umpama baik yang dikerjakan sendiri maupun secara simulasi. Dengan demikian, peserta didik akan lebih paham.
Hal ini sebagaimana dikutip berasal dari buku Teori Belajar dan Pembelajaran karya Muhammad Soleh Hapudin.
Kekurangan berasal dari teori ini adalah teori ini menyaksikan studi sebagai aktivitas yang dialami langsung lewat perubahan sikap atau tingkah laku.
Padahal studi adalah aktivitas yang tersedia dalam otak manusia yang tidak terlihat, berwujud kognisi manusia lewat perkembangan pola pikir, langkah pandang dan lain nya.
Selain itu, proses belajarnya dipandang otomatis mekanis, sehingga terkesan layaknya robot, padahal manusia mempunyai pemeriksaan sendiri berwujud kognitif, sehingga dengan kemampuan ini manusia bisa menolak formalitas yang tidak cocok dengan dirinya.
Teori behavioristik berlaku di Indonesia, sebab proses kurikulum kita berbasis kompetensi. Untuk itu, biasanya di sekolah-sekolah guru lebih berkuasa, begitulah teori studi ini.
Contoh aplikasi teori behavioristik adalah:
Menentukan tujuan-tujuan instruksional
Menganalisis lingkungan yang tersedia pas ini, juga mengidentifikasi ‘entry behavior’ (pengetahuan awal) siswa
Menentukan materi pelajaran
Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil (sub pokok bahasan, subtopik)
Menyajikan materi pelajaran
Memberi motivasi berwujud pertanyaan, tes, latihan tugas-tugas
Mengamati dan membicarakan respons yang diberikan
Memberi penguatan/reinforcement (positif atau negatif)
Memberi motivasi baru
Mengamati dan membicarakan tanggapan yang diberikan (mengevaluasi hasil belajar)
Memberikan penguatan
2. Teori Kognitivisme
Teori studi kognitivisme menyatakan bahwa studi adalah perubahan persepsi atau pemahaman. Teori studi ini lebih mementingkan proses studi ketimbang hasilnya.
Model studi kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya mengenai situasi yang terkait dengan tujuan belajarnya.
Menurut buku Psikologi Pendidikan karya Zulqarnain dkk, kelebihan berasal dari teori studi kognitivisme adalah aktivitas studi akan lebih berdiri sendiri dan inovatif.
Secara tidak sadar, siswa mesti lebih aktif dan kreatif sebab mereka tidak cuma pasif duduk diam perhatikan guru.
Mereka akan menerima ilmu sembari membayangkan sebuah inspirasi untuk mengimplementasikan ilmu tersebut.
Sementara kekurangannya adalah teori ini pada dasarnya lebih utamakan kemampuan ingatan peserta didik.
Sehingga kelemahan yang berjalan adalah senantiasa beranggap semua peserta didik mempunyai kemampuan energi ingat yang sama
Contoh aplikasi teori kognitivisme adalah:
Menentukan tujuan-tujuan instruksional
Memilih materi pelajaran
Menentukan materi yang bisa saja dipelajari secara aktif
Menentukan dan merancang aktivitas studi yang cocok untuk topik yang dipelajari
Mempersiapkan pertanyaan yang bisa memacu kreatifitas siswa untuk berdiskusi dan bertanya
Mengevaluasi proses dan hasil belajar
3. Teori Humanistik
Teori humanistik menyatakan bahwa studi adalah memanusiakan manusia. Maksudnya adalah menghargai segala yang tersedia pada manusia.
Oleh sebab itu, teori studi humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi.
Teori ini juga lebih mementingkan mengisi yang dipelajari daripada proses belajarnya.
Proses studi mengajarnya adalah berasal dari pengalaman hidup siswa. Dengan pengalaman hidup akan dijadikan sebagai landasan materi.
Menurut keliru satu tokoh humanistik, Ausubel, studi merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan ilmu yang telah dimiliki sebelumnya.
Salah satu kelebihan berasal dari teori ini adalah siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan sesuaikan pribadinya secara bertanggung jawab.
Tentunya tanpa kurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, tekun atau etika yang berlaku.
Sementara, kekurangan berasal dari teori ini adalah siswa yang tidak mau sadar potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
Selain itu, siswa yang tidak aktif dan malas akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.
Faktor motivasi dan pengalaman emosional amat perlu dalam momen belajar.
Contoh aplikasi teori humanistik adalah:
Menentukan tujuan-tujuan instruksional
Menentukan materi pelajaran
Mengidentifikasi entry behavior siswa
Mengidentifikasi topik-topik yang amat mungkin mahasiswa dan mempelajarinya secara aktif
Mendesain wahana (lingkungan, media, layanan dan lain sebagainya) yang akan digunakan untuk belajar
Membimbing siswa studi secara aktif
Membimbing siswa sadar hakikat arti berasal dari pengalaman studi mereka
Membimbing siswa hingga mereka bisa mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi yang baru
Mengevaluasi proses dan hasil belajar-mengajar
4. Teori Konstruktivistik
Teori konstruktivistik adalah aliran filsafat ilmu yang utamakan bahwa ilmu merupakan hasil konstruksi kita sendiri.
Teori ini menyatakan bahwa ilmu adalah bentukkan siswa yang studi lewat pertalian dengan bahan atau pengalaman baru, ilmu yang didapatkan tidak bisa ditransfer guru ke murid. Isi materi pelajaran ditentukan oleh murid sendiri.
Teori studi ini dihasilkan berasal dari lingkungan kira-kira dengan memakai panca indera layaknya melihat, mendengar, menjamah, mencium, dan merasakan.
Ataupun dengan ilmu sebelumnya layaknya ilmu fisik, ilmu kognitif, ataupun ilmu mental.
Strategi pembelajaran konstruktivisme adalah studi aktif, studi mandiri, studi kooperatif, dan lain sebagainya.
Menurut buku Teori Konstruktivisme karya Ahmad Suryadi dkk, kelebihan berasal dari teori ini adalah peserta didik lebih aktif dan kreatif.
Melalui pembelajaran ini, peserta didik dituntut bisa sadar pembelajarannya baik yang didapat di sekolah maupun di luar. Sehingga ilmu yang didapatkan bisa dikaitkan dengan baik dan sesama.
Sementara salah satu kekurangannya adalah dalam pendekatan ini, guru tidak menerapkan ilmu yang dimilikinya, tapi menolong siswa membentuk pengetahuannya sendiri.
Itulah penjelasan mengenai teori studi behavioristik. kognitivisme, humanistik, dan konstruktivistik.